Rabu, 17 Agustus 2022

NOSTALGIA DUA PULUH TAHUN SPIDER-MAN DI FILM SPIDER-MAN : NO WAY HOME


 Film Spider-Man : No Way Home yang di rilis pada 15 Desember 2021 merupakan film ketiga setelah dua film sebelumnya yaitu Spider-Man : Homecoming (2017) dan Spider-Man : Far From Home (2019). Film besutan Marvel dan Sony yang disutradai oleh Jon Watts ini masih diperankan oleh Tom Holland sebagai Peter Parker, Zendaya sebagai MJ, dan Jacob Batalon sebagai Ned. Film ini berpusat kepada Peter Parker mengalami banyak kesulitan setelah Mysterio, musuhnya terdahulu di film Spider-Man : Far From Home (2019) membeberkan identitasnya kepada publik. Terbongkarnya identitas Peter membuat ia dan sahabat-sahabatnya diterror oleh masyarakat dan terancam tidak bisa meneruskan kuliah yang mereka cita-citakan.

Menghadapi kondisi terdesak ini, Peter Parker yang putus asa lantas mencari Doctor Strange untuk meminta bantuannya untuk menghapus ingatan semua orang yang mengenal Peter Parker sebagai Spider-Man. Namun, kecerobohan Peter Parker menciptakan masalah yang jauh lebih besar dibandingkan fitnahnya Mysterio.

Ketika Doctor Strange mengucapkan mantra Peter Parker terus saja menyela dan merubah keputusannya berkali-kali sehingga mantra itu tidak berhasil dan malah mengacaukan realitas ruang dan waktu yang mereka tempati, hingga muncullah penjahat-penjahat dari semesta lain yang juga mengenal Spider-Man ke realitas mereka, seperti Green Goblin, Doc Ock, Sandman, Lizard, sampai Electro.

Film ini di gadang-gadang menjadi film Marvel terbaik di 2021 karena beberapa bocoran tentang munculnya pemeran-pemeran lama dan cameo-cameo yang tidak terduga.

Berikut ulasannya.

 Lemahnya awal cerita

Pada permulaan film, Peter Parker di perlihatkan sebagai hero yang nyaris putus asa karena mendapatkan sanksi sosial dari masyarakat, dan harus menjalani proses hukum untuk membuktikan bahwa dirinya tak bersalah atas tuduhan dari Mysterio. Belum lagi sahabat-sahabatnya yang ikut terseret pada masalah Peter Parker hingga mereka terancam tidak diterima di universitas. Awal film kita dapat melihat bagaimana sulitnya seorang peter parker menghadapi dunia yang sudah mengetahui identitasnya sebagai Spider-Man.

Tetapi, 30 menit awal film dengan ide tersebut kurang di eksekusi dengan baik dan terkesan membosankan. Kemunculan Matt Murdock atau Daredevil sebagai pengacara Peter Parker juga terkesan dipaksakan. Padahal kemunculannya sebagai cameo merupakan salah satu kemunculan yang sangat dinantikan. Jon Watts dan tim produksi sepertinya ingin membuat penonton cepat menyaksikan kejutan-kejutan tapi membiarkan plot awal film terasa datar dan membosankan. Plot awal terkesan hanya sebagai jembatan untuk menggiring ke fase film berikutnya.

Peran Peter Parker sendiri sebagai anak SMA yang “baik” ini terkesan terlalu polos dan naif. Dengan kerusakan yang telah ia buat di realitasnya, belum lagi keinginannya memulangkan semua musuh-musuh Spider-Man yang sangat ditentang oleh Doctor Strange memang membuat penonton cukup geram. Seperti yang Doctor Strange tekankan, “...meraka semua mati melawan Spider-Man, itu memang takdir mereka.” Tapi Peter Parker di nilai cukup bebal dan dengan cara apapun tetap bertekad memulangkan semua musuhnya.

Banyaknya Spoiler

Animo masyarakat mengenai rilisnya film ini membuat sebuah fenomena baru. Saking ditunggu-tunggunya film ini bagi masyarakat Indonesia dan penggemar Marvel khususnya, menimbulkan beberapa hal yang harusnya tidak terjadi. Seperti munculnya spoiler-spoiler atau bocoran adegan di sosial media, sehingga membuat euphoria dalam menonton film ini sedikit berkurang, karena beberapa adegan penting yang ditunggu-tunggu sudah terlanjur tersebar luas.


Kejutan Nostalgia

Terlepas dari kekurangan yang ada, film ini berhasil mengaduk-aduk emosi penonton. Meski awal film terkesan membosankan, plot di pertengahan film sampai akhir mampu menyelamatkan keseluruhan film ini. Akting yang hebat dari masing-masing pemarin serta Character Development yang baik membuat penulis scenario harus dilabeli sebagai orang yang brilliant.

Penulis mampu menyambungkan peristiwa demi peristiwa dari masing-masing villain dari lima film terdahulunya sejak film Spider-Man (2002) yang saling tumpang tindih terbawa masuk ke dunia Peter Parker saat itu juga.

Film No Way Home ini seperti ajang nostalgia dan perayaan untuk dua puluh tahun perjalanan Spider-Man di kancah industri perfilman. Kemunculan Tobey Maguire, Andrew Garfield sebagai varian Spider-Man begitu mengobati kerinduan penggemar pada pemain terdahulunya, dan menunjukkan bahwa eksistensi mereka masih sangat ditunggu para penggemar.

Film ini kaya akan pesan moral. Penonton dibawa untuk terus menebak apa yang akan terjadi pada para villain. Dialog yang terjadi antar Spider-Man yang menghibur, beberapa kejadian yang diingat kembali pada film yang sudah terjadi pada film 20 tahun sebelumnya membuat penonton ingin menonton ulang film terdahulunya untuk mengingat masa-masa yang telah lalu.

Film No Way Home ini layak dilabeli sebagai film terbaik sepanjang masa, karena bukan hanya ajang nostalgia saja. Buktinya, film ini meraup keuntungan sebesar 14 Triliun pada minggu pertama penayangannya saja. Sebuah angka yang fantastis!

Bagian paling mengharukan dalam film ini ialah bagaimana Peter Parker berhasil menemukan arti sesungguhnya dari perannya sebagai Spider-Man, meski ia harus kehilangan keluarga satu-satunya Bibi May, dan sahabat-sahabatnya, ia tetap menjadi Spider-Man yang baik hati dan memiliki tanggung jawab besar dipundaknya seorang diri,

Film ketiga ini menjadi permulaan pada kehidupan Peter Parker sebagai Spider-Man selanjutnya, dan membuat penonton penasaran akan film selanjutnya yaitu Peter Parker yang dewasa dan telah lepas dari bayang-bayang Stark.

Film ini cocok ditonton bersama keluarga, teman dan orang-orang terdekatmu!

Meski sudah tidak ditayangkan di bioskop, film ini dapat ditonton di beberapa kanal yaitu Netflix, Google Play film & TV dan Apple TV. Selamat menyaksikan!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar